Jakarta-Inklusi bagi para penyandang disabilitas hingga saat ini terus diperjuangkan agar mereka bisa memiliki hak yang sama, termasuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Meski demikian, hingga kini pemenuhan hak asasi mereka masih kurang maksimal. Sabtu(10/02/24).

Berdasarkan data ILO, jumlah penyandang disabilitas diperkirakan mencapai 22 juta di seluruh Indonesia. Dari jumlah penduduk usia kerja yang mencapai 17,75 juta orang, nyatanya yang masuk dalam angkatan kerja hanya 7,8 juta orang. Bahkan, pengangguran terbuka penyandang disabilitas sudah mencapai 247 orang.

Sebagai pemimpin terdepan dalam industri reflexology dan perawatan kesehatan untuk keluarga, Kokuo Reflexology melihat potensi besar bagi para penyandang disabilitas, khususnya tuna netra untuk terus mendapatkan pelatihan. Sejak berdiri tahun 2003, Kokuo terus menyediakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan berpartisipasi aktif dalam program-program sosial yang mendukung kesejahteraan komunitas netra.

Muhammad Nurrohim, Direktur Utama Kokuo Reflexology menjelaskan, “Kondisi kemiskinan maupun ketimpangan sosial yang terjadi saat ini sudah bukan menjadi tanggung jawab pemerintah semata, melainkan tanggung jawab kita semua. Sebagai perusahaan yang fokus pada pemijatan refleksi, Kokuo berkomitmen untuk menggandeng komunitas netra dengan melatih dan memberikan keterampilan, juga mempekerjakan mereka. Kami ingin mereka terus memiliki daya saing tinggi, sama seperti orang normal pada umumnya.

Karena itu, kami terus menyusun prosedur training yang inklusif. Hingga kini, sudah ada 40 terapis tunanetra yang sudah bergabung dalam Kokuo. Ke depan, kami akan terus membuka ruang bagi para kaum difabel.”

Sebagai salah satu tipe disabilitas, penyandang tuna netra kian mengalami kesulitan dalam melakukan mobilitas sehari-hari. Meski demikian, keterbatasan penglihatan mereka nyatanya mampu memberikan mereka kelebihan berupa indra peraba yang lebih tajam. Hal ini yang mampu memberi daya tarik tersendiri bagi para pelanggan.

Andri Prayogo, salah satu terapis tuna netra di Kokuo Reflexology merasakan manfaat yang besar lewat pembinaan rutin yang diterimanya.

“Sejak mengalami kecelakaan di tahun 2009, saya sudah difonis tidak bisa melihat lagi. Tentu saya sempat berputus asa. Lalu, saya diajak untuk mengikuti pembinaan pijat. Kini, saya bisa bekerja di salah satu tempat pijat prestige seperti Kokuo. Saya mampu mendapatkan penghasilan layak. Semua ini tentunya didapat karena adanya niat dan usaha,” jelas Andri.

Apresiasi dari Kementerian Sosial
Atas komitmennya tersebut, Kokuo Reflexology berhasil menerima penghargaan prestisius dari Kementerian Sosial RI dalam program Graduasi Program PENA (Pahlawan Ekonomi Nusantara), sebuah inisiatif yang dirancang untuk mengakui dan merayakan kontribusi signifikan para pelaku usaha dalam memajukan ekonomi lokal dan nasional. Diberikan langsung oleh Menteri Sosial Republik Indonesia, Tri Rismaharini, senantiasa memberi pengakuan resmi atas upaya dan pencapaian Kokuo Reflexology sebagai salah satu pemberdaya komunitas netra.

“Kami sangat terhormat menerima penghargaan ini dari Kementerian Sosial Republik Indonesia. Penghargaan ini merupakan bukti komitmen kami untuk tidak hanya menyediakan layanan kesehatan dan kenyamanan yang unggul bagi pelanggan kami, tetapi juga berkontribusi secara aktif dalam pembangunan ekonomi dan sosial Masyarakat,” ungkap Nurrohim.

Berdiri sejak tahun 2OO3, Kokuo hingga kini sudah memiliki 800 terapis yang tersebar di seluruh Indonesia. Melalui penerimaan penghargaan ini, Kokuo Reflexology berkomitmen untuk terus berinovasi dan memperluas dampak positifnya terhadap masyarakat. Untuk informasi lebih lanjut tentang Kokuo Reflexology dan upayanya dalam mendukung pembangunan ekonomi dan sosial, silakan kunjungi https://kokuo.co.id/id/

You may also like

Leave a Comment